Pesarehan Gunung Kawi merupakan daerah wisata yang unik, karena bertahun-tahun memendam mitos bahwa daerah ini merupakan tempat untuk mencari ‘pesugihan’ atau kekayaan, terutama bagi orang-orang keturunan Tionghoa. Siapapun yang datang ke sini dan mendapatkan berkah maka usahanya akan maju dengan pesat dan meraih keuntungan yang berlipat-lipat.
Yang paling menarik adalah hampir tiap tahun pesarehan ini penuh sesak dengan peziarah. Dan kebanyakkan mereka adalah orang-orang yang pernah datang kesini sebelumnya. Mereka kembali karena telah mendapatkan ’pesugihan’ itu dan supaya tetap langgeng mereka harus datang lagi sesering mungkin. Konon banyak juga pengusaha etnis China ternama dari Jakarta yang sering datang ke tempat ini.
Kawasan Gunung Kawi, terletak di
ketinggian 500 sampai dengan 3000 meter di atas permukaan laut.
Persisnya berada di Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang Jawa Timur.
Dulu daerah ini disebut Ngajum. Sekarang berubah menjadi Wonosari, ‘wono’ berarti hutan, sedangkan ‘sari’ berarti inti. Namun bagi warga setempat, Wonosari dimaksudkan sebagai pusat rezeki yang dapat menghasilkan uang secara cepat.
Daerah sekitar pesarehan ini merupakan daerah pertanian yang subur, penghasil ketela ungu Gunung Kawi yang terkenal itu, sejenis ketela rambat kecil-kecil berwarna ungu yang rasanya manis sekali. Ketela ini banyak dijual di area pesarehan sebagai oleh-oleh khas Gunung Kawi.
Dari kota Malang, Anda bisa menggunakan
bis antar kota Malang-Blitar turun di Kepanjen, kemudian dilanjutkan
naik mikrolet menuju Gunung Kawi sepanjang 18 km. Tarif bis antar
kotanya cukup murah Rp 2.000 namun mikroletnya cukup mahal Rp. 15.000.
Untuk arah kembalinya cukup sulit karena melewati jam 3 sore sudah
jarang ditemukan. Sebaiknya memesan mikrolet yang Anda tumpangi dari
awal dengan tarif Rp. 45.000, supirnya akan menunggu sampai Anda selesai
menjelajah pesarehan. Kalau ingin menginap, penginapan kelas melati
banyak tersedia.
Di Gunung Kawi terdapat dua makam tokoh
kejawen; RM Imam Soedjono (wafat 8 Februari 1876) dan Kanjeng Zakaria II
alias Mbah Djoego (wafat 22 Januari 1871). Keterangan tertulis di
prasasti depan makam menyebutkan, Mbah Djoego ini buyut dari Susuhanan
Pakubuwono I (yang memerintah Kraton Kertosuro 1705-1717). Adapun RM
Imam Soedjono buyut dari Sultan Hamengku Buwono I (memerintah Kraton
Jogjakarta pada 1755-1892).
Berkunjung ke kawasan Gunung Kawi,
suasana magisnya sangat terasa. Bau asap dupa tercium di mana-mana
Biasanya masyarakat melakukan pemujaan di pesarehan pada hari Kamis
Legi, Jumat Kliwon dan malam Sabtu Suro.
Pemujaan dilakukan dengan
meletakkan sesaji, membakar dupa, dan bersemedi selama berjam-jam,
berhari-hari, bahkan hingga berbulan-bulan. Untuk memasuki pasarean ini,
harus melewati tiga gapura dan anak tangga sejauh 750 meter. Di setiap
gapura terdapat relief perjuangan Eyang Jugo dan Sujo. Jalan menuju
pesarehan merupakan pedestrian yang cukup luas, di kanan-kiri jalan
banyak lapak-lapak berjualan aneka kuliner, bunga untuk sesaji dan
oleh-oleh khas Gunung Kawi. Terlihat juga banyak lapak yang berjualan
bibit pohon Dewandaru. Sementara kuliner yang dijual kebanyakan adalah
jajanan kuno khas Jawa Timur seperti rujak cingur, lupis, gatot,
horok-horok, bledus, dll.
Tidak ada persyaratan khusus untuk
berziarah ke tempat ini, hanya membawa bunga sesaji, dan menyisipkan
uang secara sukarela. Namun para pezirah yakin, semakin banyak
mengeluarkan uang atau sesaji, semakin banyak berkah yang akan didapat.
Untuk masuk ke makam keramat, para peziarah bersikap seperti hendak
menghadap raja. mereka berjalan dengan lutut. Menurut RM Nanang Yuwono
Hadiprojo, keturunan ke-5 RM Imam Sujono. Image bahwa tempat
ini sebagai tempat pesugihan adalah tidak beralasan. Tempat pesugihan
itu memiliki beberapa kriteria, antara lain, tempatnya menyeramkan, jauh
dari pemukiman masyarakat, dan tidak ada tempat ibadah. Sementara di
tempat ini, tempatnya tidak menyeramkan, dekat dengan pemukiman
masyarakat, dan banyak tempat ibadah.
Tip
*Untuk yang tidak ingin menginap sebaiknya menyewa mobil sendiri dan supirnya dari kota Malang supaya bisa lebih lama dan tidak tergantung dengan ketersediaan angkutan.
*Di area pesarehan banyak guide lokal yang menawarkan jasa, jika Anda merasa tidak membutuhkan tolak dari awal supaya tidak mengikuti Anda terus.
*Oleh-oleh yang dijual bisa ditawar sampai 30% lebih murah. Harga yang Anda dapatkan bergantung pada kepandaian Anda bernegoisasi dengan penjual.
*Sebaiknya jangan memotret di dalam area pesarean dan belilah bunga untuk menghormati meskipun bukan suatu keharusan.
Posting Komentar